Rupiah Diproyeksikan Menguat Didukung Perekonomian Domestik

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin 12 Februari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong perekonomian domestik.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 7 Februari, Kurs rupiah spot di tutup menguat 0,60 persen Rp15.635 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup naik 0,31 persen ke level harga Rp15.685 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Institute for Supply Management (ISM) mengatakan seiring perekonomian AS berjalan sesuai ekspektasi, sehingga membuka peluang bagi penurunan suku bunga The Fed.

Para pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5 persen pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool milik CME Group (NASDAQ:CME), dibandingkan dengan peluang 68,1 persen pada awal tahun.

"Mereka juga kini memperkirakan pemotongan sekitar 117 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan antisipasi sekitar 150 bps pada awal Januari," jelasnya dalam keteranganya dikutip Senin 12 Februari.

Kekhawatiran pasar terhadap kesehatan ekonomi Tiongkok masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang Tiongkok mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, mereka tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.

Adapun, data inflasi Tiongkok untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Kamis. Data tersebut juga muncul sebelum libur Tahun Baru Imlek selama seminggu.

Dari sisi internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05 persen. Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen.

Meski demikian, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 seharusnya bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga. Namun, memang terdapat sejumlah faktor yang lebih kuat dalam memengaruhi pelemahan dari konsumsi rumah tangga.

Sedangkan, faktor pendorong loyonya konsumsi juga dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi global yang berdampak ke dalam negeri. Sebab, permintaan ekspor dari negara tujuan dagang RI menjadi melemah, di mana komoditasnya pun akan ikut merosot dan memengaruhi pendapatan masyarakat yang bermata pencaharian lewat barang atau jasa berorientasi ekspor.

Selain itu, faktor kebijakan dari dalam negeri juga ikut memengaruhi perlambatan konsumsi rumah tangga, yang mana ekpsansi fiskal tidak sebanjir saat masa pemulihan ekonomi nasional (PEN) pasca pandemi.

Kemudian, kebijakan moneter yang meski tidak terlalu ketat, namun tingkat suku bunga yang tinggi memengaruhi penyaluran kredit ke sektor riil. Yang mana ini juga berpengaruh terhadap pelemahan pertumbuhan ekonomi RI.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Senin 12 Februari dalam rentang harga Rp15.600- Rp15.670 per dolar AS.