Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Sepakat Hentikan Liberalisasi Pendidikan, Berikan Akses untuk Semua

JAKARTA - Debat capres kelima di Jakarta Convention Center (JCC) pada  Minggu, 4 Februari, menjadi panggung pertarungan gagasan antara dua tokoh penting, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, terutama dalam isu pendidikan tinggi di Indonesia.

Ganjar Pranowo dalam pernyataannya menyoroti kenaikan ongkos pendidikan tinggi yang belakangan menjadi beban bagi mahasiswa. Ia menekankan bahwa merdeka dalam hal biaya pendidikan tidak boleh diartikan sebagai alasan untuk menggunakan segala cara, termasuk pinjaman online, yang dapat merugikan mahasiswa. Ganjar menyampaikan bahwa banyak mahasiswa kesulitan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), bahkan ada yang menyarankan untuk menyelesaikannya melalui pinjaman online.

Anies Baswedan memberikan tanggapan dengan menyatakan bahwa pendidikan tinggi harus dihentikan dari liberalisasi dan memberikan opsi yang benar bagi para mahasiswa. Ganjar Pranowo menegaskan pentingnya memberikan opsi yang benar dan menyerukan untuk menghentikan liberalisasi pendidikan.

Ganjar juga mengangkat isu bahwa program "satu keluarga miskin, satu sarjana" yang diperkenalkan oleh Ganjar - Mahfud dapat menjadi solusi. Anies Baswedan mendukung inisiatif ini dan menekankan bahwa pendidikan adalah investasi bagi negara. Ia menyatakan bahwa universitas seharusnya menjadi eskalator sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

Pertukaran gagasan antara Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan mencerminkan kompleksitas isu pendidikan tinggi di Indonesia, dengan penekanan pada aksesibilitas, keadilan, dan keberlanjutan pendidikan. Masing-masing calon menyuarakan pandangan dan solusi mereka untuk meningkatkan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat