Haniyeh Sebut Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Tiga Tahap, Netanyahu Bilang Israel Enggan Kompromi
JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan Hari Selasa, pihaknya telah menerima dan akan mempelajari proposal baru gencatan senjata serta pembebasan sandera di Gaza, yang diajukan oleh mediator setelah pembicaraan dengan Israel.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters, seperti dikutip 31 Januari, usulan tersebut melibatkan gencatan senjata tiga tahap, di mana kelompok tersebut pertama-tama akan membebaskan warga sipil yang tersisa di antara para sandera yang mereka tangkap pada 7 Oktober, kemudian tentara dan terakhir para sandera yang tewas.
Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, tidak menyebutkan berapa lama tahapan tersebut akan berlangsung atau apa yang diperkirakan akan terjadi setelah tahapan terakhir.
Namun ini adalah pertama kalinya sejak gagalnya gencatan senjata singkat sejauh ini, pada akhir November, rincian proposal baru yang sedang dipertimbangkan oleh kedua belah pihak dirilis.
Usulan gencatan senjata tersebut menyusul pembicaraan di Paris yang melibatkan kepala intelijen dari Israel, Amerika Serikat dan Mesir, dengan Perdana Menteri Qatar.
Sebagai tanda keseriusan perundingan tersebut, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan dia akan pergi ke Kairo untuk membahasnya.
Haniyeh mengatakan dia sedang mempelajari proposal gencatan senjata tersebut. Prioritas Hamas adalah mengakhiri serangan Israel dan mengamankan penarikan pasukan penuh, katanya.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi sumpahnya untuk tidak menarik pasukan keluar dari Gaza sampai "kemenangan total".
"Kami tidak akan berkompromi jika tidak mencapai kemenangan total," ujarnya.
Baca juga:
- Kremlin Serukan Semua Pihak di Timur Tengah Menahan Diri Usai Tiga Tentara AS Tewas Akibat Serangan Drone
- Qatar Harap Reaksi AS Atas Tewasnya Tiga Tentara di Yordania Tidak Mempengaruhi Upaya Perundingan Hamas-Israel
- Indonesia Sayangkan Keputusan Penangguhan Dana untuk UNRWA, Dukung Investigasi yang Kredibel dan Transparan
- Mantan PM Pakistan Dihukum 10 Tahun Penjara Jelang Pemilu, Pengacara: Kami Tidak Menerima Keputusan Ilegal Ini
"Itu berarti melenyapkan Hamas, mengembalikan semua sandera kami dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," lanjutnya.
Sampai saat itu tiba, tidak ada tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel, kata PM Netanyahu.
Menanggapi itu, Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas lainnya, mengatakan komentar PM Netanyahu "membuktikan dia tidak tertarik dengan keberhasilan pertemuan Paris dan tidak peduli dengan kehidupan sandera (Israel)".