Pabrik Biomethane Komersial Pertama di Indonesia Resmi Beroperasi, Kapasitasnya 387.500 M3
JAKARTA - Indonesia secara resmi mempunyai pabio BioCNG komersial pertama. Pabrik BioCNG/Biomethane yang berlokasi di Blangkahan POM, Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, diresmikan setelah melewati proses pembangun selama kurang lebih setahun tiga bulan.
Pabrik ini dibangun oleh PT KIS Biofuel Indonesia bagian dari rencana pembangunan 25 (dua puluh lima) Pabrik Bio-CNG dengan kapasitas masing-masing 15.500 M3 BioCNG per hari, dengan total 387.500 M3 Bio-CNG per hari, yang diperkirakan akan menghasilkan pengurangan 3,7 Juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun.
"Kami sangat mengapresiasi atas keberhasilan proyek Pembangunan BioCNG Plant pertama yang telah dilaksanakan oleh KIS Group di Langkat ini. Kami berharap plant BioCNG ini akan berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan biogas menjadi energi," ujar Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo mewakili Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM dalam sambutannya yang dikutip Rabu 24 Januari.
Edi menyampaikan, dalam mendukung program transisi energi, Pemerintah Indonesia melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru terbarukan secara bertahap, terukur dan cepat. Diantaranya adalah dengan menetapkan target pemanfaatan EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional.
Dikatakan Edi, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil diantaranya terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti LPG yakni Bio-CNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas).
Baca juga:
Untuk mengembangkan BioCNG, Kementerian ESDM melakukan berbagai upaya seperti menerbitkan SNI 9164 Biometana untuk Bahan Bakar di tahun 2023 lalu bersama BSN, serta melakukan go live dan launching Perizinan Berusaha KBLI 35203 pengadaan gas bio yang mengampu perizinan bahan bakar biogas sebagai bahan bakar bersama Kementerian BKPM.
Selain itu, Kementerian ESDM melakukan kerja sama dengan beberapa mitra dalam rangka mengembangkan Proyek BioCNG melalui proyek pembangunan plant, pengerjaan pre-feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku BioCNG.
Edi berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, BioCNG dapat dimanfaatkan untuk menggantikan elpiji non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg), sehingga dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha Pemerintah menurunkan impor elpiji.