Kamis Pagi, Jokowi Bertolak ke Dubai Hadiri Konferensi Iklim COP28

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak dari Jakarta menuju Dubai, Uni Emirat Arab (UAE) untuk menghadiri konferensi para pihak dalam kerangka kerja sama PBB untuk perubahan iklim (COP28).

Pesawat kepresidenan yang membawa Presiden Jokowi beserta delegasi terbatas lepas landas dari Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, pukul 09.00 WIB, Kamis 30 November.

“Harapan dunia terhadap COP28 ini sangat besar agar ada aksi global yang nyata untuk pembatasan kenaikan suhu di dunia. Komitmen nyata harus diperkuat, khususnya komitmen negara-negara maju untuk pendanaan iklim, utamanya dalam rangka mencapai target net zero emission,” kata Presiden sesaat sebelum keberangkatan.

Dalam KTT tersebut, Presiden Jokowi akan menyampaikan pengalaman Indonesia untuk menangani dampak perubahan iklim dan mempertegas pentingnya kolaborasi global untuk pendanaan iklim.

“Selain itu, juga pentingnya transisi yang inklusif untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang,” tutur dia.

Selama berada di Dubai, Presiden Jokowi juga akan menghadiri presidency event tentang transformasi sistem pangan, ikut serta dalam KTT G77 dan China, serta melakukan beberapa pertemuan bilateral.

Presiden bersama rombongan dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Minggu (3/12).

Selama COP28 yang berlangsung 30 November-12 Desember 2023, pemerintah Indonesia bakal memaparkan kemajuan aksi iklim dan berbagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar mengatakan target minimal penurunan emisi yang diharapkan kepada setiap negara adalah sebesar 43 persen pada 2030, 50 persen pada 2035, dan netralitas karbon pada 2050.

“Dengan kondisi ini, sesungguhnya Indonesia sudah bisa committed dengan angka NDC sebesar 43,2 persen, dan itu pun sedang ditingkatkan dengan NDC kedua pada tahun 2024,” kata Menteri Siti di Dubai, Rabu (29/11).

Target penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia dengan kemampuan sendiri pada Updated Nationally Determined Contribution sebesar 29 persen meningkat ke 31,89 persen pada Enhanced NDC (ENDC), sedangkan target dengan dukungan internasional sebesar 41 persen meningkat ke 43,20 persen pada ENDC.

Target tersebut ditingkatkan pada NDC kedua yang saat ini sedang dipersiapkan, di antaranya dengan meningkatkan serapan gas rumah kaca dari mangrove dan padang lamun, serta pengelolaan emisi metana dalam pengelolaan limbah.

Pemerintah melalui Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) juga akan meluncurkan dokumen Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC) pada COP28.

"Saya kira ini sebuah pencapaian yang cukup bersejarah tidak hanya bagi IKN Nusantara, namun juga Indonesia bahwa kita dalam hal perubahan iklim bagaimana nanti kita juga mengatasi permasalahan yang kemungkinan timbul dengan bersama-sama," kata Kepala OIKN Bambang Susantono pekan lalu.

Nusantara RLDC merupakan dokumen yang dapat terus diperbarui (living document) menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan pendekatan baru di dunia. RLDC merupakan versi dari sebuah NDC di tingkat lokal yang berisikan peta jalan untuk bagaimana IKN Nusantara nantinya mencapai beberapa target yang berhubungan dengan perubahan iklim.

Dalam bidang perubahan iklim, OIKN menetapkan beberapa target yang ingin dicapai, di antaranya IKN menjadi kota yang net zero emission pada tahun 2045.