Kebijakan Panglima TNI Merotasi Pasukan di Papua Dinilai Tepat
JAKARTA - Pengamat militer dari Institute for Security & Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi menilai kebijakan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono merotasi pasukan yang bertugas di Papua merupakan langkah yang tepat.
Direktur Eksekutif ISSES itu menjelaskan rotasi pasukan dapat meminimalisir potensi kecorobohan, dan kelalaian, karena kewaspadaan yang mulai turun jika masa tugas terlalu lama.
“Concern Panglima kemarin itu tidak ada penambahan pasukan, hanya penggantian pasukan, itu saya sepakat, karena penggantian ini yang lebih penting,” kata Khairul Fahmi saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan rata-rata masa tugas satuan yang ditempatkan di Papua, termasuk Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna, hampir 1 tahun. Menurut Fahmi, masa tugas itu masih terlalu lama.
“Menurut saya itu terlalu lama durasinya. Harus lebih pendek supaya mereka tetap dalam kondisi waspada, meminimalisir potensi kecerobohan karena kurang waspada, karena mereka merasa sudah familiar dengan medan, paham situasinya sehingga ada kecenderungan untuk lalai,” kata Direktur Eksekutif ISSES.
Dia menilai masa tugas yang ideal selama 6 bulan.
“Saya kira 6 bulan harus diganti, jadi mereka tetap dalam kondisi moril dan psikologis yang bagus. Mereka berangkat dalam kondisi prima, pulang juga dalam kondisi yang prima,” kata Khairul Fahmi.
Baca juga:
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono di Papua, Selasa (18/4), mengumumkan rencana merotasi pasukan yang ditempatkan di Papua, terutama setelah insiden pasukan TNI diserang oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau kelompok separatis teroris (KST) di Mugi-man, Nduga, Minggu (15/4).
"Tentunya, pasukan yang sudah lama bertugas mungkin morilnya turun, ya kami ganti dengan yang baru,” kata Laksamana Yudo.
Sebanyak 36 prajurit TNI menyisir wilayah Mugi-man, Nduga, Papua, untuk mencari Pilot Susi Air, Phillip Mehrtens, yang disandera oleh KKB sejak Februari 2023. Di tengah-tengah penyisiran wilayah, KKB menghadang dan menyerang prajurit TNI.
Akibat serangan KKB di Nduga, empat prajurit gugur, dan empat lainnya luka-luka. Empat prajurit yang gugur, yaitu Pratu Miftahul Arifin, Pratu Ibrahim, Pratu Kurniawan dan Prada Sukra.
Jenazah mereka ditemukan, Rabu (19/4), oleh Tim Gabungan TNI dan Polri, dan empat jasad itu telah dievakuasi dari Nduga ke RSUD Timika, Mimika, Papua.