Menkes Singgung Kebiasaan Bapak-bapak Merokok dan Hilangnya Kesempatan Anak Dapat Protein Hewani
JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan perilaku merokok dalam keluarga dapat menghilangkan kesempatan orang tua untuk memberikan protein hewani pada anak.
“Apa hubungannya rokok dengan protein hewani?. Kalau bapak-bapak merokok, ini akan menghilangkan kesempatan untuk membeli telur yang merupakan salah satu sumber protein hewani,” kata Menkes Budi dalam Talk Show Protein Hewani Cegah Stunting dilansir ANTARA, Jumat, 10 Februari.
Budi mengatakan determinan paling besar dari terjadinya stunting, yaitu pada saat ibu hamil dan ketika anak selesai masa ASI eksklusif yang membutuhkan Pendamping Makanan Tambahan (PMT) lebih, terutama protein hewani sebagai suatu upaya mencegah anak terkena stunting.
"Protein hewani untuk mencegah stunting ini terdapat dalam telur, susu, ikan, dan daging," katanya.
Menurut Menkes, perilaku merokok dapat menghilangkan kesempatan untuk membeli telur. Hal tersebut selaras dengan adanya penelitian yang menunjukkan uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok bisa mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur.
“Uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur. Oleh karena itu, saya mengingatkan kepada keluarga agar berhenti merokok dan membeli telur sebagai asupan nutrisi penting bagi anak,” kata Budi.
Menkes mengingatkan keluarga di Indonesia agar mengalihkan uang rokok itu untuk memenuhi gizi anak dan ibu hamil. Budi meminta setiap anggota keluarga memastikan jangan sampai bayi di dalam kandungan kurang gizi. Selain itu, jangan sampai ibu kekurangan gizi dan mengalami anemia.
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal M Damanik menambahkan, jika dikaitkan dengan perilaku merokok, data pengeluaran biaya rumah tangga untuk rokok jauh lebih besar dibandingkan untuk pengeluaran makanan yang bergizi.
“Sangat disayangkan, padahal stunting merupakan gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi maupun infeksi berulang. Rokok menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi,” ucapnya.
Karena itu, Rizal meminta Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk lebih meningkatkan penyuluhan karena masih banyak masyarakat yang belum paham pentingnya sumber-sumber makanan bergizi dan tidak menggunakan dana tersebut untuk membeli rokok.
“Saat ini kita sedang berbicara Indonesia pada 20 tahun mendatang karena masalah stunting ini merupakan masalah intergenerasi. Kalau bayi sekarang banyak yang stunting maka ini akan menjadi masalah bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, sangat penting untuk menangani masalah stunting,” katanya.