2,8 Juta Pengangguran Alami Hopeless of Job, 76,90 Persen Lulusan SMP ke Bawah
JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan ada empat tantangan dalam penurunan pengangguran di Indonesia.
Salah satunya adalah pengangguran yang mengalami hopeless of job atau pengangguran yang merasa tak mungkin memperoleh pekerjaan.
Dari total 8,4 juta orang pengangguran, sebanyak 2,8 juta atau 33,45 persen mengalami hopeless of job.
Dari 2,8 juta orang pengangguran yang mengalami situasi hopeless of job tersebut, sekitar 76,90 persen berpendidikan rendah (lulusan sekolah menengah pertama (SMP) ke bawah).
“Jadi karena tingkat pendidikan rendah, mereka tak memiliki harapan untuk memiliki pekerjaan. Ini mengindikasikan tingkat pendidikan mereka tak mampu menyiapkan mereka memasuki pasar kerja, baik pendidikan yang rendah maupun kompetensi mereka,” kata Ida dalam keterangan resmi, Selasa, 17 Januari.
Tantangan kedua, lanjut Ida, tekanan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor formal. Sementara, tantangan ketiga adanya nilai budaya kerja baru.
“Generasi Y dan Z yang masuk dalam pasar kerja telah membawa nilai-nilai budaya kerja baru. Misalnya nilai work-life-balance, pekerjaan yang bermakna dan worktainment,” tuturnya.
Terakhir, kata Ida, tantangan yang dihadapi yakni risiko mismatched atau ketidaksesuaian antara supply and demand akibat digitalisasi.
“Digitalisasi mendorong perubahan permintaan keterampilan kerja, pola hubungan kerja, serta waktu dan tempat bekerja yang semakin fleksibel,” ujarnya.
Baca juga:
- Sri Mulyani Pede Pertumbuhan Ekonomi RI di 2022 Mencapai 5,3 Persen
- Kabar Baik, Warga Miskin di Kalteng Turun Jadi 5,22 Persen dari Total Penduduk
- Pengangguran Meningkat, Cak Imin Minta Pemerintah Antisipasi Maraknya Kriminalitas
- Ngadu ke DPRD Natuna, Nelayan Curhat Aturan Pembatasan Beli BBM dan Zona Tangkap Ikan Bikin Tambah Pengangguran
Karena itu, menurut Ida, kunci untuk mengatasi pengangguran di pasar kerja yakni menciptakan pasar tenaga kerja yang inklusif.
"Kemnaker telah membuat kebijakan active labour market policy untuk menciptakan pasar kerja yang inklusif dan penurunan pengangguran,” ujarnya.