1 Tower RSDC Wisma Atlet Masih Beroperasi, BNPB: Maunya Kami Segera Ditutup, Bebani Anggaran
JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) menegaskan Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran masih aktif sebagai tempat isolasi pasien COVID-19.
Kepala BNPB Suharyanto menyampaikan operasional RSDC Wisma Atlet akan dipusatkan hanya pada tower 6 untuk mengantisipasi lonjakan kasus pasca-libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
"Satu tower, yaitu tower enam, yang masih ada pasiennya empat ini, tetap kita hidupkan di bawah Kapunkes TNI nanti yang mengoperasionalkannya kita lihat. Sampai tiga bulan ke depan, Januari-Februari Maret, mudah-mudahan kondisi terkendali terus tidak ada lonjakan," ujar Suharyanto di Graha BNPB, Jakarta, Selasa, 27 Desember.
Suharyanto mengatakan, saat ini kasus COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan drastis. Jumlah keterisian ranjang RSDC Wisma Atlet hingga saat ini pun hanya berjumlah empat orang.
"Nanti akan disampaikan untuk tindakan selanjutnya. Itu juga sebagai salah satu antisipasi atau langkah yang kita lakukan apabila disampaikan apabila transisi dilakukan dari pandemi menjadi endemi," ujarnya.
Di satu sisi, Suhartanto menyebutkan BNPB sebenarnya berniat untuk menghentikan seluruh operasional RSDC Wisma Atlet per 31 Desember 2022, yang selanjutnya mengembalikan tanggungjawab bangunan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Baca juga:
- KY Kantongi Nama Lain yang Diduga Ikut Main Kasus di Mahkamah Agung
- Laporan Dugaan Bupati Cianjur Selewengkan Dana Bantuan Gempa Bakal Ditelaah KPK
- Glamping Saat Libur Tahun Baru 2023, BNPB Wanti-wanti Terpaan Hujan 2 Jam Lebih
- Soal PDIP Minta Jokowi Evaluasi Menteri LHK dan Mentan, Demokrat: Pertontonkan Arogansi Politik, Hargai Hak Prerogatif Presiden
Dia menjelaskan, sejauh ini pemerintah telah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menjalankan operasional RSDC Wisma Atlet. Belum lagi perawatan pasien COVID-19, hingga membayar gaji para relawan tenaga kesehatan maupun umum yang melayani perawatan.
"Maunya BNPB itu segera ditutup semua. Karena kan itu membebani anggaran, untuk efisiensi. Tetapi kita juga ingin tahu gimana perkembangan ke depan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Suharyanto bilang untuk Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang di Kepulauan Riau operasionalnya telah dihentikan. BNPB telah mengembalikan pengelolaan RSKI Pulau Galang ke Kementerian Pertahanan.
"Rumah Sakit Galang di Kepulauan Riau dulu itu untuk merawat pasien COVID-19, itupun sudah dihentikan oleh BNPB dan dikembalikan ke Kemenhan. Sekarang Kemenhan yang mengelola Pulau Galang, tentu saja ke depan akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan penanganan COVID-19 atau nanti dibuat apa, kita lihat ke depannya," tandasnya.