Layaknya Manusia, Robot Kini Bisa Berkeringat saat Kepanasan

JAKARTA - Perkembangan dunia robotika terus menunjukkan kemajuan. Setelah menciptakan robot yang dapat menirukan ekspresi manusia. Kini para peneliti telah berhasil mengembangkan robot yang bisa berkeringat.

Para peneliti dari Cornell University dan insinyur dari Istituto Technologia di Italia, telah berhasil mengembangkan robot yang bisa berkeringat layaknya manusia saat kepanasan. Tujuannya agar peforma robot tidak menurun saat bekerja dalam waktu yang lama.

Melansir The Verge, teknologi yang serupa dengan kelenjar keringat pada manusia ini dibuat oleh salah satu desainer robot T.J Wallin. Kelenjar keringat buatan yang disematkan pada bagian robot ini mampu mengatasi masalah overheating atau kepanasan pada sistem penggerak mekanik, saat bekerja dalam waktu lama.

"Berkeringat merupakan salah satu kemampuan terbaik yang dimiliki oleh manusia. Di mana fungsinya untuk menurunkan suhu tubuh bila berada di kondisi yang panas," ujar Wallin seperti dikutip VOI, Minggu, 2 Februari.

Pada dasarnya, robot ini terbuat dari bahan dasar karet ini dipenuhi lubang pori-pori pada permukaannya. Bagian dalamnya terdapat rongga kosong untuk menyalurkan air saat sendi-sendi karet dari robot ini bekerja. 

Butiran air akan keluar dengan sendirinya, saat sendi-sendi robot bekerja pada suhu 30 derajat Celcius. Cairan ini akan berfungsi untuk mendinginkan sendi-sendi robot saat bekerja. 

Wallin mengatakan, pada umumnya robot terbuat dari logam dan konduktor yang dapat menghantarkan panas. Agar mengurangi hawa panas yang disebabkan mesin-mesin mekanikal tersebut, para ilmuwan menganti komponennya dengan bahan dari karet atau isolator sejenis. 

Teknologi keringat buatan ini, memungkinkan robot untuk mengurangi masalah overheating ketika bekerja dalam waktu lama atau berada di kondisi ruangan yang panas. Teknologi ini juga bisa disematkan secara independen, tanpa memerlukan alat tambahan.

Hanya saja, tidak semua bagian robot bisa berkeringat. Sebab beberapa komponen alat gerak maupun persendian akan mengalami pengurangan daya karena permukaannya yang basah dan licin.

 

Salah satu peneliti dari Cornell University, Robert Shepherd mengatakan jika robot dengan teknologi keringat masih harus mengisi ulang cadangan air yang tersimpan di dalamnya. Ini artinya robot ini juga harus minum seperti manusia maupun mamalia pada umumnya. 

"Mirip dengan hewan yang mengonsumsi makanan dan air dari lingkungan mereka untuk mempertahankan aktivitas termoregulasi, sistem kami pada akhirnya membutuhkan sarana untuk mengisi kembali air yang hilang selama operasi jangka panjang," tulis ilmuwan di Science Robotics.