Mengenal Diet Dukan untuk Menurunkan Berat Badan, Menunya Protein Tinggi dan Rendah Karbohidrat
YOGYAKARTA – Diet Dukan, berangkat dari nama penyusunnya Pierre Dukan. Dokter dan ahli gizi ini menyusun menu makan tinggi protein dan rendah karbohidrat. Sekilas mungkin terlihat mirip dengan jenis diet lain, misalnya diet keto. Tetapi diet Dukan didasarkan dari bagaimana pemburu dan pengumpul mendapatkan makan.
Diet Dukan, melansir Medical News Today, Kamis, 25 Agustus, mencakup 100 makanan dan semuanya makanan berprotein atau sayuran. Seseorang yang melaksanakan diet ini, boleh makan sepuasnya asalkan hanya makan 100 makanan tersebut. Meski diklaim dapat menurunkan berat badan, tetapi satu penelitian mengaitkan pediet Dukan dengan komplikasi kesehatan, termasuk penyakit ginjal dan penyakit hati.
Berdasarkan laman diet Dukan, dari 100 makanan yang boleh dimakan sepuasnya, ada 68 jenis protein dan 32 adalah sayuran. Didasarkan pada teori bahwa banyak makan protein dapat menurunkan berat badan, sehinga tubuh lebih lama merasa kenyang dan membakar kalori lebih banyak. Sedangkan membatasi karbohidrat dan lemak dapat memaksa tubuh menggunakan simpanan lemak untuk energi. Sepintas, diet Dukan mirip dengan diet Atkin.
Menjalani diet Dukan perlu melakukan empat fase. Pertama, disebut fase serangan, di mana pediet makan makanan dari daftar ‘protein murni’. Ini bertujuan menurunkan berat badan dengan cepat. Pada fase ini, pediet sangat mungkin turun berat badannya. Sebab mengolah karbohidrat dan air dalam tubuh yang efeknya menurunkan berat badan dengan cepat. Fase serangan dijalani selama 2-5 hari, tetapi bagi yang ingin menurunkan berat badan 20 kilogram perlu melakukannya selama lebih dari 7 hari.
Sumber protein yang boleh dimakan pada fase serangan, ialah sumber protein tanpa lemak. Diantaranya adalah ikan, ayam, telur, kedelai, keju cottage, dan susu bebas lemak. Setiap hari, karbohidrat didapat dari 1,5 sendok makan serat sehingga tubuh lebih lama kenyang. Ditambah lagi, harus minum 1,5 liter air dan berolahraga selama 20 menit sehari.
Kedua disebut fase pelayaran, bertujuan menurunkan berat badan dan secara bertahap mengonsumsi 32 macam jenis sayuran. Lamanya menjalani fase ini tergantung berapa kilogram hendak diturunkan. Setiap 3 hari setidaknya dapat menurunkan berat badan 1 pon atau ½ kilogram. Sayuran non tepung yang bisa dikonsumsi dalam jumlah tak terbatas, antara lain bayam, okra, selada, dan kacang hijau. Dedak gandum yang dikonsumsi pada fase ini sebanyak 2 sendok makan dan berolahraga 30-60 menit setiap hari.
Ketiga, fase konsolidasi yang bukan bertujuan menurunkan berat badan tetapi menghindari berat badan naik. Pediet yang menjalani fase konsolidasi, boleh makan makanan bertepung tetapi terkontrol. Sedangkan konsumsi sayuran masih dalam jumlah tak terbatas. Menu protein murni harus dikonsumsi seminggu sekali pada hari yang sama dan wajib olahraga selama 25 menit setiap hari.
Keempat, fase stabilisasi adalah bagian pemeliharaan jangka panjang. Pediet tidak boleh mengharapkan penurunan berat badan selama fase ini. Sehari dalam seminggu, perlu mengonsumsi menu pada fase serangan. Kemudian, makan dedak gandum 3 sendok makan setiap hari, olahraga 20 menit setiap hari, minum air 1,5 liter sehari. Pada fase stabilisasi, pediet boleh makan makanan manis dalam porsi terbatas dan rempah-rempah.
Baca juga:
- Jangan Diabaikan, Kenali 6 Tanda Metabolisme Tubuh Lambat
- Disebut Sebagai Obat Segala Penyakit, Kenali Lebih Dalam Manfaat Habbatusauda untuk Kesehatan Tubuh
- Menurut Riset Terbaru, Gluten dalam Biji Gandum Menurunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
- 5 Tips Menghitung Asupan Karbohidrat untuk Diabetes Tipe 2
Pada penelitian tahun 2014, diet ini dibuktikan dapat menurunkan berat badan. Namun para peneliti mencatat kurang nutrisi yang dikandung biji-bijian dan buah-buahan. Menurut pakar kesehatan di Inggris, diet Dukan tidak menyertakan menu bernutrisi secara seimbang dan mungkin memicu masalah kesehatan jangka panjang.
Menurut penelitian, menjalani diet Dukan dalam jangka yang panjang, dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti penyakit ginjal, penyakit hati, osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular. Apabila Anda ingin menjalani diet ini, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi agar sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.