Kenapa Remaja Melakukan Sadfishing, Cari Perhatian atau Butuh Bantuan? Ini Penjelasan Ahli
YOGYAKARTA – Sadfishing merupakan istilah baru merujuk pada kondisi emosional yang berkaitan dengan butuh batuan atau sedang cari perhatian. Istilah ini diciptakan oleh Rebecca Reid pada tahun 2019. Melansir Verywell Family, Selasa, 5 Juli, wartawan Reid menyebut Kendall Jenner sedang sadfishing ketika mengeluhkan jerawat tumbuh di wajahnya kemudian mengkampanyekan iklan obat jerawat.
Istilah sadfishing kemudian beredar luas. Tetapi, sebenarnya apa yang dialami remaja ketika memposting masalah emosional yang nyata dengan niat tulus di media sosial? Menurut psikoterapis Amy Morin, LSCW., remaja baru belajar bagaimana mengekspresikan diri dan mungkin menggunakan media sosial dengan cara yang tidak akan pernah dipikirkan orang dewasa.
Tak ada yang salah dengan orang dewasa yang lebih muda memposting tentang kesulitan mereka untuk menggalang simpati dan beriklan. Tidak masalah juga jika postingan bisa meningkatkan kesadaran tentang suatu masalah. Artinya, untuk mengukur alasan pasti kenapa seorang remaja membagi masalah emosional di media sosial cukup sulit.
Meskipun sulit diukur, tetapi orang tua perlu mengetahui kapan anak-anak menjadi otentik dan berurusan dengan masalah kesehatan mental yang nyata atau ketika mereka hanya terlibat dalam perilaku mencari perhatian, kata Morin.
“Sadfishing mungkin merupakan tanda bahwa seorang remaja mendambakan lebih banyak perhatian,” tambah Morin.
Mereka mungkin kurang mendapatkan perhatian positif dari rekan-rekan mereka. Atau, mereka mungkin terluka dan tidak yakin bagaimana cara mengkomunikasikan kebutuhan secara efektif. Sehingga mereka berupaya untuk menguji seberapa orang lain peduli pada masalah mereka berdasarkan bagaimana orang lain menanggapi.
“Orang tua tentu harus waspada terhadap pembicaraan tentang melukai diri sendiri atau bunuh diri serta penggunaan narkoba,” jelas Morin.
Orang tua juga perlu memahami tanda-tanda anak merasa putus asa atau tak berdaya. Dengan membangun kedekatan emosional dengan anak remaja, yang notabene mereka mulai mandiri dan sedang mencari jati diri. Selain itu, orang tua juga perlu mengamati setiap postingan putra-putrinya di media sosial. Tanyakan kepada mereka bagaimana keadaan mereka dan mengapa memutuskan memposting masalah perasaan secara online.
Di samping itu, orang tua juga perlu menjadi pendengar yang baik. Beri tanggapan secara bijak tanpa menghakimi. Atau, mencoba memperbaiki keadaan dengan memberi pernyataan “Aku mengerti apa yang kamu alami” atau “Kedengarannya yang kamu alami sangat sulit”.
Baca juga:
- Supaya Mampu Melindungi Diri Sendiri, Batasan Emosional Pada Anak Remaja Penting Diajarkan
- Cegah Konten Kekerasan, Kominfo Tekankan Pentingnya Edukasi Bermedsos untuk Anak dan Remaja
- TikTok Setuju untuk Tingkatkan Pengamanan Konten Iklan untuk Anak-Anak di Uni Eropa
- 7 Sikap Orang Tua yang Mendukung Perkembangan Otak Anak
Amy Morin juga berpesan, jangan pernah mengecilkan atau menyepelekan apa yang anak remaja Anda alami. Kristin Rinehart, Director of Behavioral Health di Muskingum Valley Health Centers, memberi saran untuk tidak memberikan pernyataan yang menyakitkan. Ini bisa membuat mereka semakin diam dan menutup diri.
Sebagai saran tambahan, orang tua perlu membimbing putra-putrinya tentang cara yang lebih sehat dalam membagikan perasaan mereka lewat media sosial karena rentan mengalami cyberbullying. Selain juga perlu mengajarkan cara mengidentifikasi perasaan, membersamai, dan menciptakan ruang aman bagi mereka.