Progres Proyek Pengembangan Gas Jambaran Tiung Biru Capai 96,88 Persen

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) hingga pertengahan Mei 2022 telah mencapai 96,88 persen.

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra, dalam kunjungan kerja ke Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, mengungkapkan, pemerintah terus memonitor dan mendorong agar proyek yang dioperatori PT Pertamina EP Cepu (PEPC) ini dapat segera dilakukan commissioning dan selanjutnya beroperasi penuh, dengan tetap mengedepankan keselamatan migas.

"Pemerintah sangat mendukung pembangunan fasilitas gas di Lapangan Jambaran Tiung Biru yang merupakan karya anak bangsa ini. Kita harus mencari strategi untuk mempercepat commissioning sehingga plant ini bisa segera beroperasi. Tentunya tetap menjadikan aspek keselamatan menjadi salah satu prioritasnya," ujarnya kepada media, Sabtu 21 Mei.

Mirza menyampaikan, penyelesaian proyek JTB ini hanya tinggal selangkah lagi. Meski demikian, persentase yang kecil ini merupakan tahap yang cukup krusial karena commissioning dan gas in merupakan tahap awal pembuktian bahwa equipment dan instalasi terintegrasi dengan baik, serta dilaksanakannya keselamatan migas.

Dalam kunjungan ini, Mirza juga melakukan peninjauan ke area proyek pengembangan JTB yaitu ke Wellpad Jambaran Central dan Well Pad Jambaran East. Pengamatan dititikberatkan pada kemajuan pelaksanaan konstruksi dan pengujian fungsi sesuai dengan program yang telah ditentukan sebelumnya, serta rencana tanggap darurat apabila terjadi ketidaksesuaian pada saat tahap konstruksi ataupun apabila telah beroperasi nantinya.

Dalam kesempatan itu, Mirza juga kembali mengingatkan pentingnya keselamatan dalam kegiatan usaha migas. Keselamatan harus menjadi budaya bagi setiap perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia. bukan terbatas pada budaya perilaku orang perorangan atau budaya sekelompok orang. Oleh karena itu, pentingnya keselamatan harus terus diingatkan ke pelbagai pihak dengan berbagai cara.

"Budaya keselamatan itu paling gampang digambarkan seperti anekdot tiada lebaran tanpa ketupat lebaran. Sama seperti operasi migas tanpa safety, seperti tidak beroperasi," kata Mirza.

Dalam sesi diskusi usai peninjauan lapangan dan paparan oleh Manajemen PEPC, disepakati Ditjen Migas akan melakukan terobosan atau upaya percepatan inspeksi teknis maupun pemeriksaan keselamatan sebagai tindak lanjut penerapan Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun Tahun 2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Migas.

Antara lain dengan mengirimkan tim yang akan standby di lapangan untuk membantu proses inspeksi teknis dan pemeriksaan keselamatan, terutama peralatan-peralatan yang belum selesai dilaksanakan inspeksi teknis dan pemeriksaan keselamatan serta persiapan pelaksanaan commissioning.

"Dengan adanya terobosan ini, diharapkan proyek tepat waktu sesuai dengan target yang telah ditetapkan," tambah Mirza.

General Manager PEPC Ruby Mulyawan mengapresiasi dukungan yang dilakukan Pemerintah melalui Ditjen Migas, termasuk percepatan inspeksi teknis dan pemeriksaan keselamatan peralatan/instalasi.

"Sertifikasi peralatan merupakan suatu prasyarat dalam industri migas agar peralatan layak operasi. Tidak bisa tidak, ini harus diperoleh sebelum peralatan digunakan. Dukungan dan kerja sama dari Ditjen Migas baik dari segi tata waktu maupun peralatan-peralatan yang mau sertifikasi dan disesuaikan dengan jadwal proyek, menjadi salah satu faktor yang sangat luar biasa untuk proyek kita ini," ujar Ruby.

Sebagaimana diketahui, Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi JTB merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. JTB diproyeksikan menjadi sumber energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Lapangan ini dapat memproduksi gas dan kondensat. Produksi rata-rata raw gas sebesar 315 MMSCFD. Optimasi desain melalui perubahan teknologi pada fasilitasnya menghasilkan potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, sehingga terdapat peningkatan produksi penjualan sales gas dari 172 MMSCFD menjadi 192 MMSCFD.