Rock Hudson, Bintang Hollywood Homoseksual Pertama yang Meninggal Karena AIDS
JAKARTA - Perjuangan hidup Rock Hudson, aktor kenamaan Amerika Serikat (AS) bersembunyi di balik stigma buruk seorang homoseksual tak mudah. Selama bertahun-tahun ia harus merahasiakan jati dirinya sekaligus menjaga personanya sebagai bintang hollywood yang maskulin dan heteroseksual. Di samping itu, ia juga mati-matian berjuang melawan penyakit yang saat itu masih dianggap aib bagi banyak orang: AIDS.
Namanya melejit sebagai pemeran utama pria yang romantis pada 1950-an dan 60-an. Tampang rupawan nan maskulin mendorongnya berada di titik puncak sampai ia dianggap sebagai "raja Hollywood". Kerupawanannya pula yang membuat ia menjadi jutawan hingga memiliki hunian di Beverly Mansion perbukitan yang dijuluki The Castle.
Meski demikian, aktor tersebut harus membayar harga mahal untuk menjaga popularitasnya. Hudson hidup di era di mana seorang pria gay yang terbuka tidak akan pernah bisa menjadi pahlawan. Ia menghabiskan hidup dan karirnya bersembunyi di balik jati diri semu.
"Jauh sebelum dia (Hudson) mendarat di Hollywood, dia mengerti bahwa jika dia ingin diterima, inti dari siapa dia sebenarnya harus diedit keluar dari bingkai," tulis Mark Griffin dalam All That Heaven Allows: A Biography of Rock Hudson.
Mengutip USA Today, Jumat 2 Oktober, pada 1947 Hudson diperkenalkan dengan agen bernama Henry Willson, yang dikenal karena memiliki daftar pria yang menarik. Setelah bertemu Hudson, Willson melihat potensi besar. Hudson diberi perubahan total, dengan Willson menyewa pelatih untuk membantu aktor yang bercita-cita merendahkan suaranya dan menampilkan fisik yang sangat maskulin. Dalam setahun, Hudson telah mendapatkan peran pertamanya dan segera terikat dengan kontrak.
Kedekatan Hudson dengan Willson memicu desas-desus terkait orientasi seksual Hudson. Saat itu beredar gosip bahwa untuk mendompleng karir sebagai artis terkenal, seseorang harus tidur dengan Willson.
Pada era itu, seorang homoseksual di AS dianggap sebagai kejahatan. Hal itu juga yang membuat Willson menyembunyikan seksualitasnya. Tapi beberapa kali identitasnya bocor karena sering terlihat di "bar gay" Los Angeles.
Hudson, bagaimanapun, jauh lebih bijaksana. Meskipun teman-teman terdekat dan rekan kerja bahwa Hudson gay, mengungkapkan kepada publik bahwa dia gay akan mengakhiri kariernya.
Karier Hudson terus meroket. Pada akhir 1955, Hudson menyelesaikan pekerjaannya pada film terpentingnya, Giant. Film ini memberinya satu-satunya nominasi Academy Award dan awal persahabatan seumur hidup dengan lawan mainnya, Elizabeth Taylor.
Hanya beberapa minggu setelah selesai syuting, Hudson mengejutkan banyak orang dengan menikahi Phyllis Gates, sekretaris Willson. Pernikahan itu disebut-sebut cuma setingan Willson.
Banyak yang bila Gates pura-pura tidak tahu bahwa Hudson seorang gay sebelum mereka menikah. Asumsi setingan itu menguat tatkala hubungan mereka kandas. Mereka bercerai tiga tahun kemudian. Hudson tak menikah lagi setelah itu dan ia mengakhiri hubungan bisnisnya dengan Willson.
Bersembunyi
Meskipun pembebasan orientasi seksual dilakukan dan gerakan LGBTQ semakin menonjol, Hudson belum mau terbuka. Teman-teman, seperti jurnalis dan penulis Tales of the City Armistead Maupin, mencoba meyakinkan Hudson untuk mengakuinya.
Mark Griffin, penulis biografi Hudson mencatat bahwa Hudson dengan serius mempertimbangkannya, sebelum akhirnya menolak gagasan tersebut. Ketika rumor yang tidak bersumber muncul bahwa Hudson telah menikah dengan sesama aktor Jim Nabors (saat itu pernikahan sesama jenis ilegal di AS), Hudson menjauhkan diri dari temannya.
Masalah semakin berat saat Hudson mendapati dirinya positif terjangki HIV pada akhir 1980. Penyakit yang masih dianggap tabu oleh masyarakat pada masa itu.
Beberapa percaya hanya kaum homoseksual yang dapat tertular HIV hingga muncul sebutan “wabah gay." Mereka yang menderita penyakit ini menghadapi cemoohan, ejekan, bahkan pengabaian dari orang yang dicintainya. Hal tersebut dikarenakan mereka takut akan penyebaran penyakit tersebut.
Hudson yang masih berkeras atas reputasinya menutup rapat informasi penyakitnya. Ia hanya memberi tahu beberapa mantan partnernya dan beberapa teman. Pada tahun-tahun awal itu, diagnosanya sama dengan hukuman mati. Hudson menghabiskan hampir satu tahun mencari perawatan yang dia harap akan menyelamatkan hidupnya.
Meski kondisinya semakin parah, Hudson tetap bekerja. Dia juga tetap tampil di acara bincang-bincang tv. Ketika suatu hari Hudson muncul di layar kaca, pemirsa mulai terkejut dengan perubahan fisik Hudson yang semakin kurus, jauh dari image jantan dan bidang seperti sebelumnya.
Beberapa hari kemudian, Hudson pergi ke Prancis untuk menerima perawatan baru yang menjanjikan. Tak lama setelah tiba, Hudson pingsan dan dirawat di rumah sakit. Berita pingsannya Hudson tersebar ke seluruh dunia, tetapi tim humasnya menyatakan bahwa Hudson menderita kanker hati.
Mengutip Biography, Hudson akhirnya memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya dan humasnya merilis pernyataan yang mengungkapkan bahwa Hudson mengidap AIDS. Meskipun demikian, pernyataan tersebut tidak secara resmi mengumumkan bahwa Hudson gay, karena Hudson tahu bahwa pengakuan ia tekena AIDS sudah menjelaskan semuanya.
Mengungkap jati diri
Pada September 1985, Hudson mengirim pesan untuk dibacakan di acara penggalangan dana yang diselenggarakan oleh teman dan aktivis AIDS. Surat tersebut berbunyi “Saya tidak senang saya sakit. Saya tidak senang saya mengidap AIDS; tetapi jika itu membantu orang lain, setidaknya saya dapat mengetahui bahwa kemalangan saya sendiri memiliki nilai positif."
Tepatnya pada hari ini 2 Oktober35 tahun lalu atau pada 1985, Hudson meninggal di rumahnya pada usia 59 tahun. Di antara warisannya adalah 250.000 dolar AS untuk penelitian medis dan meluncurkan American Foundation for AIDS Research (amfAR).
Kematian Rock Hudson mengubah pandangan Presiden AS Ronald Reagan. Sebelumnya kasus AIDS pertama dilaporkan pada 1981 dan korban pertama adalah laki-laki gay yang sering menghadapi permusuhan dan diskriminasi publik. Permintaan para ilmuwan dan pejabat perawatan kesehatan meminta dana untuk memerangi penyakit diabaikan oleh Presiden Reagan.
Reagan dikritik karena tidak membahas masalah AIDS dalam pidato publik besar sampai 1987. Pada saat itu, lebih dari 20.000 orang AS meninggal karena penyakit tersebut dan telah menyebar ke lebih dari 100 negara. Homofobia, ketakutan dan keengganan pemerintah federal untuk campur tangan membuat marah banyak orang dan memperburuk krisis yang berkembang. Pemerintahannya sangat lamban dalam meningkatkan pendanaan penelitian.
Tetapi kematian Hudson dan korban meninggal lainnya, membantu menggeser dukungan publik dan menyemangati mereka yang berada di garis depan. Seperti yang dicatat Randy Shilts, penulis And the Band Played On, sejarah penting dari tahun-tahun awal pandemi, mencatat, “Ada AIDS sebelum Rock Hudson dan AIDS sesudah Rock Hudson.”