Selamatkan Perajin Tahu Tempe, Kemendag Beri Subsidi Selisih Harga untuk 200 Ribu Ton Kedelai

JAKARTA - Kedelai menjadi salah satu bahan pangan impor yang harganya naik signifikan sejak akhir 2021 hingga awal tahun 2022. Harga komoditas tersebut diperkirakan masih akan bergejolak imbas perang Rusia-Ukraina. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan menyalurkan kedelai dengan harga subsidi untuk para perajin tempe dan tahu.

Sekadar informasi, berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan harga kedelai terpengaruh situasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. Dimana harga kedelai di pasar global sudah menembus Rp8.875 per kilogram (kg) pada perdagangan 25 Maret. Naik 95,6 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang sebesar Rp4.528 per kg.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan menyalukan sebanyak 200 ribu ton kedelai subsidi untuk para perajin tahu tempe. Kata Oke, ini dilakukan untuk menekan harga di level perajin tahu tempe.

"Guna mengatasi hal ini pemerintah telah melakukan intervensi dengan menugaskan Bulog melalui surat kami nomor 286/M-DAG/SD/3/2022 tanggal 24 Maret 2022 untuk menjalankan program bantuan pembelian selisih harga kedelai di tingkat perajin tempe tahu sebesar Rp1.000 per kg," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, dikutip Kamis, 31 Maret.

"Kami sudah koordinasi dengan importir untuk pastikan kedelai dan harganya sudah Rp12.000 di perajin," smabungnya.

Lebih lanjut, Oke mengatakan bahwa subsidi harga tersebut bersumber dari anggaran cadangan stabilisasi harga pangan atau CSHP. Menurut Oke, subsidi ini telah disiapkan dan akan disalurkan.

Dengan kebijakan selisih harga ini, Kemendag berharap dapat menyelamatkan setidaknya 150 ribu pelaku usaha atau perajin tahu dan tempe.

"Harga kedelai cenderung tinggi mengikuti harga internasional, mengingat 95 persen kebutuhan dipenuhi dari impor," ucapnya.

Sekadar informasi, naiknya harga kacang kedelai impor sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe, memicu aksi mogok produksi dan dagang perajin tahu dan tempe di wilayah pulau Jawa pada Februari lalu.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin bercerita bahwa aksi mogok produksi dan dagang yang bakal diselenggarakan pada 21, 22 dan 23 Februari merupakan ujung dari keresahan yang dialami perajin tahu dan tempe sejak Desember 2021. Keresahan tersebut berangkat dari harga kedelai yang mengalami kenaikan setiap harinya.

Menurut Aip, sebelum memutuskan untuk melakukan aksi mogok produksi, pihaknya telah menjalankan berbagai usulan dari para anggota Gakoptindo. Di antaranya adalah mengadu kepada pemerintah, mengganti bahan baku dengan kedelai lokal hingga akhirnya berujung pada aksi mogok.

"Akhir 2021 Desember itu harga kedelai mulai naik dan naiknya tiap hari. Sehingga kita resah. Jadi beberapa daerah, kabupaten, kelompok (perajin) gimana ini, gimana ini, ada yang usul kita bilang ke pemerintah, ada yang bilang cari kedelai lokal, tapi tidak ada. Atau kita usul pemerintah bantu menaikkan harga (tahu tempe), atau minta subsidi, paling tidak terakhirnya mogok," ucapnya, saat dihubungi VOI, Jumat, 18 Februari.

"Itu sejak Desember 2021. Suara anggota itu saya sampaikan ke pemerintah, namun ternyata dari pemerintah Desember, Januari, sekarang sudah pertengahan Februari action konkret di lapangan tidak ada," sambungnya.

Menurut Aip, jika aksi mogok tersebut tak kunjung membuat harga kedelai mengalami penurunan, maka perajin bakal menaikkan harga jual tahu dan tempe sebesar 10 hingga 20 persen di pasaran.

Karena itu, Aip meminta maaf kepada masyarakat pecinta tahu dan tempe jika harga di pasaran mengalami kenaikan. Ia menekankan, harga terpaksa naik lantaran harga bahan baku mengalami kenaikan.

Aip mengatakan bahwa saat ini harga rata-rata kedelai mencapai Rp11.000 hingga Rp11.500 per kilogram (Kg) di pulau Jawa. Sementara, harga mencapai Rp12.000 per Kg di Aceh, Kalimantan, atau Sulawesi.

"Kami dari perajin tempe tahu minta maaf kepada masyarakat pecinta tempe tahu karena ini terpaksa, terpaksa dan terpaksa kita ini. Jadi minta maaf," tuturnya.