Gedung Putih Tidak Tutup Kemungkinan Presiden Biden Bertemu Presiden Putin, Syaratnya Deeskalasi di Ukraina

JAKARTA - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, hanya mungkin dilakukan setelah penurunan eskalasi yang siginifikan di Ukraina, kata Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield kepada wartawan.

"Dia mengatakan kemarin, dia akan bersedia bertemu dengan Presiden Putin lagi atau berbicara dengannya," ujar Bedingfield merujuk pada Presiden Biden, melansir TASS 30 Maret.

"Saya tidak akan menetapkan prasyarat untuk percakapan antara Presiden Biden dan Presiden Putin, kecuali untuk mengatakan, kami sudah sangat jelas dan Presiden Biden sudah sangat jelas, perlu ada deeskalasi nyata dari Rusia dan jelas, komitmen yang tulus untuk diplomasi," paparnya.

Pada Hari Senin, Presiden Biden mengatakan pertemuan pribadi baru dengan Presiden Putin dimungkinkan, menambahkan prospek pembicaraan semacam itu akan tergantung pada agenda mereka.

Akhir pekan lalu, Presiden Biden menyinggung Rusia dan mengejutkan banyak pihak, saat ia sempat menyebut Presiden Putin tidak dapat tetap berkuasa, serta menyebutnya sebagai tukang jagal, saat berkunjung ke Polandia. Sebelumnya, Ia juga sempat menyebut Presiden Putin sebagai penjahat perang.

Sementara, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyayangkan lontaran ucapan Presiden Biden, menilai tidak pantas dan seharusnya pemimpin negara mampu mengendalikan emosi. Duta Besar AS di Moskow John Sullivan sempat dipanggil Kementerian Luar Negeri Rusia pekan lalu.

Gedung Putih, Menlu AS, diplomat hingga politisi AS berusaha meredam buntut dari pernyataan Presiden Biden. Ada pun sejumlah politisi Barat, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron hingga PBB dan Uni Eropa juga angkat bicara mengenai hal ini.

Meski memiliki dampak negatif pada hubungan kedua negara, namun Peskov menyebut dialog antara Amerika Serikat dan Rusia dalam berbagai hal tetap diperlukan, demi kepentingan seluruh dunia.