Naik Bertahap, Harga Kedelai di Lampung Sudah Capai Rp12.000 per Kilogram
JAKARTA - Harga komoditas kedelai di tingkat pedagang dan distributor di Lampung terus mengalami kenaikan. Bahkan, dalam sepekan terakhir harganya sudah mecnapai Rp12.000 per kilogram.
"Harga kedelai semakin naik, saat ini untuk partai besar di jual Rp11.200 per kilogram, sedangkan untuk tingkat pengecer Rp12.000 per kilogram," ujar salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Pasir Gintung, Titin, di Bandarlampung seperti dikutip Antara, Sabtu Februari.
Ia mengatakan, sebelumnya kedelai sebagai salah satu bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu itu di jual dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogram.
"Naiknya ini bertahap dari Rp6.000 baik ke Rp8.000, untuk kenaikan sampai di harga Rp10.000 atau Rp11.200 per kilogram sudah terjadi sejak satu pekan terakhir, dan sekarang ke harga Rp12.000 per kilogram," katanya.
Menurutnya, dengan adanya kenaikan tersebut banyak pedagang tempe dan tahu yang mengeluhkan tingginya biaya pembelian bahan baku.
"Kalau saya tidak memasok banyak, dua minggu hanya 2 ton saja, saat ada kenaikan ini banyak pedagang tempe dan tahu mengeluh. Dan di kita pun penjualan menurun 30 persen dari biasanya," ucapnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ida salah seorang marketing distributor kedelai asal Kota Bandarlampung.
"Di UD Sastro Simpo ini harga kedelai per karung naik menjadi Rp11.300 per kilogram sampai Rp12.000 per kilogram, nanti hari Senin bisa ganti harga melonjak lagi," kata Ida.
Baca juga:
- Solusi Cepat Atasi Persoalan Harga Kedelai, Anggota Komisi VI DPR Amin AK: Barter Kedelai dengan Batu Bara ke China dan India
- Harga Kedelai di Banten Naik Dua Kali Lipat, Jika Pemerintah Tidak Turun Tangan, Pengusaha Tahu Gulung Tikar
- Harga Kedelai Menjulang, Pelaku Usaha Warteg: Bisa-Bisa Tempe di Tempat Kami Setipis Kartu ATM
Dia menjelaskan, di kondisi biasa dengan harga normal pasokan kedelai di tempatnya di jual Rp9.000 per kilogram.
"Naiknya harga kedelai ini sudah dua minggu lebih, kalau berdasarkan informasi dari pemasok karena di Brasil gagal panen. Tapi kedelai impor ini memang sangat terpengaruh dengan kondisi di negara importir dan juga naik turunnya dolar jadi riskan naik," ucapnya lagi.
Ida mengatakan, akibat adanya kenaikan harga tersebut pihaknya mengalami penurunan penjualan, dimana dalam sepekan biasa mendistribusikan 50 ton kedelai, saat ini hanya 10 hingga 20 ton tiap pekannya.
"Biasa 50 ton bisa terjual, sekarang hanya 10 sampai 20 ton. Kita tidak kesulitan dapat pasokan tapi kesulitan menjualnya karena harga mahal," katanya pula.
Dirinya berharap adanya kenaikan harga kedelai yang telah terjadi dalam beberapa pekan ini dapat segera diatasi oleh pemerintah, agar memperlancar perekonomian masyarakat terutama perajin tempe dan tahu.
"Harapannya harga stabil, kasihan perajin tempe dan tahu. Kalau produk tempe di perkecil tidak laku dijual, tapi di sisi lain harga bahan bakunya melambung tinggi," ujarnya lagi.