Perlukah Memberitahu Calon Suami tentang Status Keperawanan Sebelum Menikah?

JAKARTA - Berhubungan seksual sebelum menikah bukan lagi jadi hal tabu yang dilakukan remaja sekarang ini. Dibalik kesenangan yang dirasa, ada intaian risiko yang tak disadari. Sebut saja kehamilan tak diinginkan, penyakit kelamin, serta penyakit psikologis saat hubungan terancam kandas, terutama bagi perempuan. Hilangnya keperawanan dalam melakukan hubungan seks pra nikah bisa membuat wanita hilang percaya diri. Alasan-alasan tersebut menjadi fondasi kuat mengapa hubungan seksual sebelum nikah tidak dihalalkan. 

Lantas, bagaimana jika sudah terlanjur dan hubungan kandas? Rasanya menyesal pun tak ada guna. Tapi jangan sampai Anda putus asa. Segera taubat dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Bukan untuk orang lain, tapi demi kebaikan diri sendiri. 

Pun saatnya Anda menikah dengan orang lain, Anda harus berhati-hati membicarakan isu sensitif ini. Ada baiknya Anda coba mendiskusikannya sebelum menikah agar tidak ada kekecewaan setelah menikah. Tak perlu langsung jujur dan terbuka. Coba untuk cari tahu pandangan pasangan tentang pentingnya keperawanan. Apakah dia akan menyesal jika menikah dengan istri yang tidak perawan? Mendengar jawabannya, pasti Anda bisa memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak.

Jika ingin membahas, bicaralah dalam kondisi santai. Bila perlu, pertanyakan juga status keperjakaan pasangan agar Anda lebih nyaman untuk meneruskan hubungan. Ajukan pertanyaan seputar nilai-nilai yang diyakini pasangan terkait keperawanan. Bicarakan tentang norma di masyarakat secara umum terlebih dahulu, kemudian tanyakan tentang pola pergaulan calon pasangan. 

Dari responnya, Anda akan mengetahui apakah calon suami akan tersinggung atau bersedia terbuka tentang keperjakaannya. Agar suasana tak runyam, hindari pertanyaan interogatif. Ciptakan suasana nyaman dengan pasangan sebelum berdialog. Angkat juga pembahasan mengenai mitos-mitos seputar keperawanan dengan calon pasangan. Seperti anggapan perawan atau tidaknya istri dilihat dari ada tidaknya noda darah pada hubungan malam pertama atau dengan melihat cara berjalan pasangan untuk menebak keperawanannya.

Faktanya, keperawanan bukan suatu tanda bahwa seseorang sudah melakukan hubungan seksual. Noda darah dipercaya sebagai darah selaput dara yang pecah. Padahal, selaput dara yang ada pada seorang perempuan berbeda-beda.

Ada yang rapuh, ada yang kuat. Contohnya ada perempuan yang jatuh dari kuda, kemudian selaput dara atau hymennya sobek. Ada juga yang sudah berkali-kali melakukan hubungan seks, tapi selaput daranya masih utuh. Jadi tidak selalu pertama hubungan seks pasti mengeluarkan darah. Ini tidak bisa menjadi pertanda. Sehingga darah yang muncul karena pecahnya selaput dara tidak selalu ada di hubungan seksual pertama kali. Dengan mengetahui faktanya, bisa jadi pasangan tidak akan kecewa ketika mendapati tanda keperawanan pada malam pertama. Sehingga Anda tidak perlu menceritakan masa lalu.

Sebenarnya, perawan atau tidak saat menikah bukan menjadi tolak ukur berumah tangga. Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya, termasuk mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, pembimbingan perkembangan kepribadian anak, dan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga.

Ingat, pernikahan tidak hanya berkutat seputar hubungan seksual. Meski penting, namun ada faktor lain yang lebih penting untuk mencapai keharmonisan keluarga, yaitu kenyamanan lahir batin dengan pasangan.