AS Tak Mau Ikut Program Penyediaan Vaksin COVID-19 Global yang Dipimpin WHO
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) tak akan turut serta dalam upaya pengembangan dan pengadaan vaksin COVID-19 secara global. Alasannya, karena upaya tersebut diinisiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Melansir CNN, Rabu 2 September, keputusan itu keluar di tengah banyaknya kritik terhadap AS dalam menangani COVID-19. Kini kasus COVID-19 di AS telah mencapai 6 juta. Hal itu membuat AS terisolasi dari 170 negara lebih yang terlibat dalam inisiatif COVAX yang berupaya menyediakan vaksin yang efektif ke seluruh dunia.
"AS akan terus melibatkan mitra internasional untuk memastikan kami mengalahkan virus ini, tetapi kami tidak akan dibatasi oleh organisasi multilateral yang dipengaruhi oleh WHO dan China yang korup," kata Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere dalam sebuah pernyataan.
Selain menggarisbawahi ketidakpercayaan Trump terhadap aliansi global khususnya WHO, keputusan itu menandakan pertaruhan penting pada program pemerintah AS Operation Warp Speed. Program itu untuk mempercepat pengembangan obat-obatan, dan langkah-langkah lain untuk memerangi pandemi termasuk pengembangan vaksin.
Dalam program tersebut empat vaksin COVID-19 sedang dikembangkan. Dua vaksin sedang dalam uji coba Fase III dan dua lagi baru akan memulai uji coba Fase III pada pertengahan September ini.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, penelitian, pengembangan, dan uji coba vaksin dan terapeutik telah maju dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghasilkan obat-obatan inovatif dan efektif yang didorong oleh data dan keamanan dan tidak terhambat oleh birokrasi pemerintah," kata Deere.
Menghindari WHO
Trump memang telah lama menghindari aliansi global dalam menghadapi pandemi COVID-19. Ia juga semakin menyalahkan pihak lain termasuk China dan WHO, di tengah pengawasan terhadap tanggapan pemerintahannya sendiri terhadap pandemi COVID-19.
Pada Juli, pemerintahan Trump memberi tahu Kongres dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa AS secara resmi menarik diri dari WHO. Hal itu lantas menuai kritik dari anggota parlemen bipartisan, asosiasi medis, organisasi advokasi dan sekutu di luar negeri. Namun calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, berjanji untuk membatalkan keputusan tersebut jika terpilih nanti.
Baca juga:
Para kritikus juga mempertanyakan apakah WHO cukup independen, mengingat kekayaan dan kekuasaan China yang meningkat. WHO dianggap memberikan pujian berlebihan atas tanggapan China terhadap pandemi COVID-19.
Pihak China membela diri dengan mengatakan mereka mampu melakukan tindakan awal dalam memerangi COVID-19. Mereka juga mengklaim telah mencatat dan mengungkap banyak hal yang tidak diketahui tentang virus tersebut pada Januari.