Banjir Bandang di Sudan Tewaskan 86 Orang
JAKARTA - Banjir bandang yang melanda Ibu Kota Khartoum, Sudan menewaskan 86 orang. Selain itu, belasan ribu rumah hancur dan banyak lahan pertanian porak poranda.
Ini merupakan banjir terparah yang pernah melanda Sudan. Bencana tersebut membuat banyak warga sekitar Khartoum panik dan ketakutan. Mereka khawatir volume air yang terbawa banjir semakin meningkat. Ditambah banjir ini juga telah membuat jalan-jalan utama di Khartoum tak dapat diakses.
Salah seorang warga Khartoum, Ahmed Bastawy mengungkapkan sepanjang malam ia berusaha melindungi rumahnya dari banjir susulan. "Air Sungai Nil membanjiri rumah kami pada tengah malam kemarin," katanya dikutip Reuters.
"Kami belum pernah melihat banjir seperti ini. Pihak berwenang memberi kami tanah dan karung, tetapi kami gagal memblokir air dan rumah-rumah hancur," beber Bastawy.
Saat ini, rata-rata volume salah satu anak sungai Nil, Blue Nile telah mencapai 17,42 meter. Jumlah tersebut merupakan yang paling tinggi sejak empunya kebijakan mulai mengukur volume air sungai pada 1912.
Sementara itu, Kepala Komite Banjir Abdelrahman Sughairun mengatakan, air Blue Nile akan terus naik dalam beberapa hari mendatang. Untuk itu, warga Sudan diharapkan selalu waspada akan kenaikan volume air.
Pemerintah berjanji akan segera berbicara dengan Ethopia terkait penggunaan bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD). Sebab, jika bendungan tersebut mulai beroperasi, maka banjir tak akan terjadi pada tahun-tahun ke depan.
"Setelah bendungan GERD selesai diisi, banjir tidak akan terjadi," ucap Menteri Pengairan Sudan, Yasser Abbas sambil meyakini warga Sudan.