Pesan Haji Lulung Sebelum Meninggal akibat Badai Irama Jantung

JAKARTA - Politikus PPP Abraham Lunggana atau Haji Lulung meninggal dunia kemarin, Selasa, 14 Desember, dan langsung di makamkan di TPU Karet Bivak Jakarta sore harinya. 

Anak Haji Lulung, Guruh Tirta Lunggana, mengungkap pesan terakhir sang ayah sebelum meninggal. Lulung berpesan agar keluarganya saling akur satu sama lain. 

 

"Kalau pesan banyak. Tapi intinya, almarhum berpesan yang penting akur sama keluarga. Intinya itu kan. Kalau bicara akur, kan harus, kan namanya kita keluarga, sama adik, sama abang, kakak, harus (akur)," ujar Guruh kepada wartawan di rumah duka, Selasa, 14 Desember. 

Guruh yang merupakan anak kedua mengenang sosok Haji Lulung sebagai ayah yang sangat berperan bagi dirinya.

"Kalau bicara seperti apa, waduh banyak sekali. Bisa ayah bisa sebagai motivasi, bisa sebagai teman, banyaklah kenangannya," ungkapnya.

 

Dia pun mengakui bahwa kondisi sang ayah sempat naik turun sebelum dipanggil yang maha kuasa pada pukul 10.51 WIB.

"Kondisi terakhir memang nggak stabil kadang stabil bagus, kadang-kadang drop gitu, karena kan sakitnya jantung kan," kata Guruh.

Guruh mengatakan, bahwa keluarga bakal menggelar tahlilan hingga tujuh hari ke depan di rumah duka. Hal itu juga dilakukan atas permintaan dari ibundanya.

Haji Lulung Alami Badai Irama Jantung

Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Harapan Kita dr Dicky Fakhri, mengatakan Haji Lulung langsung ditangani intensif oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang bertugas di ruangan ICVCU khusus kegawatdaruratan jantung dan pembuluh darah.

"Untuk beliau ini selama perawatan dari 24 November sampai sekarang itu, ya 20 hari itu, setiap hari kami mengadakan evaluasi dengan tim yang dibuat, kita pantau keadaan beliau secara keseluruhan ya. Memang didapatkan pompa jantung yang sangat kurang baik, kita atasi dengan segala macam obat-obatan yang kita punya yang ada di rumah sakit ini maupun yang gak ada, kita carikan obatnya. Salah satunya juga dengan alat," terang dr Dicky di RS Harapan Kita, Selasa, 14 Desember. 

Dalam perkembangannya, kata dr Dicky, Haji Lulung mengalami keadaan naik turun. "Maksudnya naik itu mencapai normal tidak, tapi ada keadaan sedikit membaik tapi keadaan menurun. Yang sangat mengganggu adalah gangguan irama jantungnya. Irama jantungnya sangat mengganggu kita coba atasi dengan obat-obatan yang kita berikan. Sangat susah untuk mengendalikannya, sembuh dalam arti kata bisa sampai 2 hari ya, 4 hari timbul lagi. Timbul lagi akhirnya tim memutuskan untuk melakukan sesuatu," paparnya. 

 

Lantaran gangguan irama jantung itu, dr Dicky mengatakan, kondisi Haji Lulung semakin memburuk hingga akhirnya dipanggil yang Maha Kuasa pada 14 Desember 2021 pukul 10:51 WIB. 

 

"Dalam perjalanannya sumber kelainannya ketemu tapi memang pompa jantung makin lama tidak makin baik. Sehingga akhirnya yang kita alami hari ini jam 10.50 beliau dipanggil oleh yang Maha Kuasa," tandas dr Dicky. 

 

Sementara Kepala Kelompok Staf Medis Rawat Intensive dan Kegawatdaruratan Cardiovascular dr Dafsah Arifa Juzar, mengatakan sebelum menghembuskan napas terakhir ketua DPW PPP itu sempat mengalami badai irama jantung. Badai irama inilah yang membuat kondisi jantung Lulung tidak stabil. 

 

"Jadi kalau kayak kita kan normal 60/100, ya. Nah kalau dia itu 200 kali per menit. Sehingga jantung tidak bisa memompa darah, tensinya turun," ujar Dafsah di RS Harapan Kita, Jakarta Barat, Selasa, 14 Desember.

 

Dafsah menerangkan, kondisi gangguan jantung ini dialami Lulung selama 14 hari atau sejak 28 November 2021 sampai 14 Desember 2021. Karena gangguan tersebut, eks Wakil Ketua DPRD DKI itu dirujuk dan dirawat intensif di RS Harapan Kita.

Kemudian, kata Dafsah, Lulung mengalami badai irama jantung setelah kondisinya stabil selama empat hari pada 24 - 28 November 2021. Setelah kondisi jantung tidak stabil, dokter melakukan perawatan dengan memberikan obat-obatan kepada Lulung. Salah satu obat yang diberikan adalah obat penenang agar Lulung bisa tidur dalam (deep sleep), tetapi tetap dalam keadaan sadar.

 

"Jadi kami memang sengaja buat tidur dalam. Supaya tidak ada rangsangan yang mencetus. Mengurangi rangsanganlah, yang dapat menyentuh gangguan irama," jelas Dafsah.

Namun, pada Senin, 13 Desember, kemarin, sekitar pukul 17.30, kondisi kesehatan Lulung semakin menurun.